Ditahun 1941 tepatnya di Sekolah Bintara, Gombong di Jawa Tengah, Soeharto terpilih sebagai Prajurit Telatan, sejak kecil ia memang bercita-cita menjadi seorang tentara atau militer. kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 setelah Indonesia merdeka, Soeharto kemudian resmi menjadi anggota TNI. Setelah itu kemudian Soeharto menikahi Siti Hartinah atau Ibu Tien yang merupakan anak seorang Mangkunegaran pada tanggal 27 Desember 1947 dimana usia Soeharto etika itu 26 tahun dan Siti Hartinah atau Ibu Tien berusia 24 tahun. Dari pernikahannya kemudian ia dikarunia enam orang anak yaitu Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Jalan panjang dan berliku dilalui Soeharto ketika merintis karier
militer dan juga karier politiknya. Dalam bidang militer Soeharto
memulainya dengan pangkat sersan tentara KNIL, dari situ ia kemudian
menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan Jepang, setelah itu ia
menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian menjabat
komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
Sejarah bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peristiwa yang
dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949, itu merupakan peristiwa yang
menjadi catatan penting dalam sejarah bangsa ketika resmi merdeka dari
penjajahan bangsa Belanda selama tiga setengah abad. Banyak versi
mengatakan bahwa Peranan Soeharto ketika merebut Yogyakarta yang waktu
itu sebagai Ibukota Republik Indonesia dalam Serangan Umum 1 Maret tidak
bisa dipisahkan. Tujuan dari serangan umum 1 Maret adalah menunjukan
pada dunia internasional tentang eksistensi dari TNI (Tentara Nasional
Indonesia) ketika itu dalam membela Bangsa Indonesia. Dalam
kepemimpinannya, Soeharto berhasil merebut kota Yogyakarta dari
cengkraman penjajah Belanda pada waktu itu. Pada waktu itu beliau juga
menjadi pengawal dari Panglima Besar Jendral Sudirman.
Dalam operasi pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda ketika itu
beliau yang menjadi panglima Mandala yang dipusatkan di Makassar.
Ketika peristiwa G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965,
Soeharto kemudian bergerak cepat mengambil alih kendali pimpinan
Angkatan Darat ketika itu dan kemudian mengeluarkan perintah yang cepat
untuk mengatur dan mengendalikan keadaan negara yang kacau akibat dari
kudeta oelh PKI. Setelah peristiwa G-30-S/PKI, Soeharto kemudian
menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat menggantikan Jendral Ahmad Yani
yang gugur di tangan PKI. Selain sebagai Panglima Angkatan Darat,
Soeharto juga menjabat sebagai Pangkopkamtib yang ditunjuk oleh Presiden
Soekarno pada waktu itu. Puncak karier Soeharto ketika ia menerima
Surat Perintah Sebelas Maret atau yang dikenal sebagai "Supersemar" oelh
Presiden Soekarno pada bulan maret 1966 dimana tugasnya adalah
mengendalikan keamanan dan juga ketertiban negara yang kacau setelah
kudeta yang dilakukan oleh PKI dan mengamalkan ajaran Besar Revolusi
Bung Karno.
Setelah peristiwa G-30-S/PKI keadaan politik dan juga pemerintahan
Indonesia makin memburuk, kemudian pada bulan maret 1967 dalam sidang
istimewa MPRS yang kemudian menunjuk Soeharto sebagai Presiden Kedua
Republik Indonesia yang menggantikan Presiden Soekarno, dimana
pengukuhan dilakukan pada Maret 1968. Masa pemerintahan presiden
Soeharto dikenal dengan masa Orde Baru dimana kebijakan politik
baik dalam dan luar negeri diubah oleh Presiden Soeharto. Salah satunya
adalah kembalinya Indonesia sebagai anggota PBB (Perserikatan Bangsa
Bansa) pada tanggal 28 September 1966 setelah sebelumnya pada masa
Soekarno, Indonesia keluar sebagai anggota PBB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar